KISAHKU
HARI INI
Namaku Fanny. Aku duduk termenung di
taman sekolah. Di bawah pepohonan rindang yang mendamaikan hati. Lalu kutatap
langit biru yang cerah saat itu. Dalam hati, aku berkata, ‘Semoga hari ini
lebih baik dari hari kemarin.”
Perkataan itulah yang sering aku ucapkan setiap hari. Aku sangatlah percaya bahwa hari ini adalah hari yang menyenangkan. Pelajaran hari ini adalah olahraga. Olahraga membuat badan kita sehat dan kuat. Pagi ini adalah penilaian berlari. Lawan lariku adalah teman-teman-teman yang cepat larinya.
Perkataan itulah yang sering aku ucapkan setiap hari. Aku sangatlah percaya bahwa hari ini adalah hari yang menyenangkan. Pelajaran hari ini adalah olahraga. Olahraga membuat badan kita sehat dan kuat. Pagi ini adalah penilaian berlari. Lawan lariku adalah teman-teman-teman yang cepat larinya.
“Priiiiit!!!”
Peluit telah dibunyikan sebagai tanda telah dimulainya berlari. Jarak dari sekolah lalu kembali ke sekolah lumayan jauh. Nafasku terengah-engah, sampai-sampai aku tak dapat bersuara saat itu. Namun, ku tak mau menyerah walaupun sudah terdapat 4 orang di depanku. Lawanku kali ini sebanyak 10 orang. Setiap anak yang datang terlebih dahulu akan mendapatkan nilai. Aku ternyata mendapatkan peringkat 5. Peringkat 5 akan mendapatkan nilai 80. Setelah berselang lama, permainan olahraga dimulai. Permainan kali ini adalah sepak bola dan bola tangan. Tetapi permainan pertama adalah sepak bola terlebih dahulu. Aku mendapatkan giliran ke-10 dari 10 giliran. Yap, aku adalah giliran yang terakhir. Lama-lama aku bosan menunggu giliran.
Peluit telah dibunyikan sebagai tanda telah dimulainya berlari. Jarak dari sekolah lalu kembali ke sekolah lumayan jauh. Nafasku terengah-engah, sampai-sampai aku tak dapat bersuara saat itu. Namun, ku tak mau menyerah walaupun sudah terdapat 4 orang di depanku. Lawanku kali ini sebanyak 10 orang. Setiap anak yang datang terlebih dahulu akan mendapatkan nilai. Aku ternyata mendapatkan peringkat 5. Peringkat 5 akan mendapatkan nilai 80. Setelah berselang lama, permainan olahraga dimulai. Permainan kali ini adalah sepak bola dan bola tangan. Tetapi permainan pertama adalah sepak bola terlebih dahulu. Aku mendapatkan giliran ke-10 dari 10 giliran. Yap, aku adalah giliran yang terakhir. Lama-lama aku bosan menunggu giliran.
Pada giliran pertama, kelompok 1
saling berebut bola. Aku duduk di pinggir lapangan sekolah bersama teman
lainnya. Tiba-tiba, bola mengarah pada kakiku. Secara spontan mereka berebut di
dekat kakiku itu. Dan, kakiku pun terinjak dengan kuatnya. “Seperti diinjak
gajah” kataku. Aku pun melepas sepatu sebelah kanan untuk menggerak-gerakkan
jari kakiku yang sakit itu. Ketidak
beruntunganku yang pertama telah dimulai. Sayang, doaku saat pagi tadi ternyata
tidak terkabul. Tuhan tidak mengabulkan doaku pasti karenaku. Tidak semua doa
langsung terkabul. Jika tidak terkabul, berarti ada alasan tersendiri tentangku
di hadapan Tuhan. 30 menit berlalu,
tibalah giliranku. Jujur, aku tak bisa bermain sepak bola. Terasa sulit bagiku.
Sudah berkali-kaliku mencoba untuk memasukkan ke gawang lawan. Tetap saja belum
bisa. Skor telak dimenangkan kelompok 9. Ketidak beruntunganku ini adalah yang
kedua. Permainan sepak bola telah selesai.
Permainan bola tangan akan dimulai. Aku pun menunggu. Akhirnya, tibalah giliran
kelompokku. Aku senang bermain bola tangan ini. Aku bisa memasukkan 1x bola itu
ke gawang lawan. Tetapi, lawanku begitu kuat. Mereka mengalahkanku dengan skor
3-1. “Huh.. Kalah lagi..” Keluhku. Tiba
saatnya pulang. sebelum pulang, aku berlatih paskib terlebih dahulu. Latihan
pun selesai, aku menunggu dijemput.
20 menit.. 30 menit… 60 menit.. Tak kunjung pula orangtuaku datang. Aku mulai lapar, sangat lapar. Aku pun memutuskan untuk membeli siomay yang masih berada di sekolah. Aku pun memakannya di tempat pangkalanku seperti biasanya. Tiba-tiba temanku datang. Dia mendekat. Entah apa yang akan dia lakukan padaku. Aku semakin curiga. Tiba-tiba dia menarik siomayku yang masih banyak itu sampai-sampai tumpah semua di tubuhku. Semuanya kotor. Tak tahan ku menahan amarah, aku memutuskan lebih baik menangis. Aku pergi meninggalkannya menuju kamar mandi sekolah. Aku menangis di kamar mandi itu sembari membersihkan kotoran pada tubuhku itu. Aku menuju suatu tempat, dan ternyata terdapat temanku yang masih les Inggris. Aku memasuki ruangan itu. Teman-teman dan guruku bingung melihatku menangis. Mereka pun menanyaiku apa yang telah terjadi. Tangisanku semakin menjadi-jadi. Aku pun menjawab, “Ta.. Tadi aku digangguin..” Isakku. “Diganggu sama siapa?” Tanya guruku. “Sama anak kelas C bu..” Jawabku yang masih menangis. “Ya udah sabar ya..” Hibur guruku untuk menenangkanku.
Aku pun akhirnya berhenti menangis. Tetapi hidungku masih sangat merah karena menangis tadi.
20 menit.. 30 menit… 60 menit.. Tak kunjung pula orangtuaku datang. Aku mulai lapar, sangat lapar. Aku pun memutuskan untuk membeli siomay yang masih berada di sekolah. Aku pun memakannya di tempat pangkalanku seperti biasanya. Tiba-tiba temanku datang. Dia mendekat. Entah apa yang akan dia lakukan padaku. Aku semakin curiga. Tiba-tiba dia menarik siomayku yang masih banyak itu sampai-sampai tumpah semua di tubuhku. Semuanya kotor. Tak tahan ku menahan amarah, aku memutuskan lebih baik menangis. Aku pergi meninggalkannya menuju kamar mandi sekolah. Aku menangis di kamar mandi itu sembari membersihkan kotoran pada tubuhku itu. Aku menuju suatu tempat, dan ternyata terdapat temanku yang masih les Inggris. Aku memasuki ruangan itu. Teman-teman dan guruku bingung melihatku menangis. Mereka pun menanyaiku apa yang telah terjadi. Tangisanku semakin menjadi-jadi. Aku pun menjawab, “Ta.. Tadi aku digangguin..” Isakku. “Diganggu sama siapa?” Tanya guruku. “Sama anak kelas C bu..” Jawabku yang masih menangis. “Ya udah sabar ya..” Hibur guruku untuk menenangkanku.
Aku pun akhirnya berhenti menangis. Tetapi hidungku masih sangat merah karena menangis tadi.
“Din,
anterin aku ke depan sekolah ya. Aku mau memastikan udah dijemput apa belum”
Pintaku. “Ya” Jawab Dina.
Dan akhirnya, aku dijemput. Orangtuaku bingung kenapa wajahku seperti habis menangis. Aku pun menjelaskan apa yang telah terjadi. Setelah itu, aku pun dibelikan es krim karena es krim adalah makanan kesukaanku. Sesampai di rumah, aku berganti baju. Aku pun mengambil handphoneku. Aku chatting pada temanku. Aku pun curhat padanya. Dia selalu mau menerima curhatanku. Mungkin, hanya dialah yang dapat dipercaya. Lega sekali setelah aku curhat. Oh, ya, aku ini kalau tidak kuat menahan amarah, aku lebih baik memilih untuk menangis. Jika aku marah capeklah saya…
Dan akhirnya, aku dijemput. Orangtuaku bingung kenapa wajahku seperti habis menangis. Aku pun menjelaskan apa yang telah terjadi. Setelah itu, aku pun dibelikan es krim karena es krim adalah makanan kesukaanku. Sesampai di rumah, aku berganti baju. Aku pun mengambil handphoneku. Aku chatting pada temanku. Aku pun curhat padanya. Dia selalu mau menerima curhatanku. Mungkin, hanya dialah yang dapat dipercaya. Lega sekali setelah aku curhat. Oh, ya, aku ini kalau tidak kuat menahan amarah, aku lebih baik memilih untuk menangis. Jika aku marah capeklah saya…
Setelah
itu aku menjalani hari itu seperti biasa. Hari itu sangat membuatku sebal. Hari
yang membuatku tidak senang.
Semoga saja di hari berikutnya, aku merasa senang selalu.
Semoga saja di hari berikutnya, aku merasa senang selalu.
~
Selesai ~