FENOMENA K-POP

Pada tahun 2011 lalu, Indonesia kebanjiran “produk-produk” Korea. Kalangan anak muda kota besar sedang demam dan menggandrungi segala hal berbau Korea, mereka fasih menirukan lirik lagu Korea. Bukan hanya sebatas lagu saja yang membanjiri Indonesia, tapi juga merambah ke dunia fashion, style rambut dan gaya bicara juga jadi tren saat itu. Stasiun televisi swasta gencar banget memutarkan lagu-lagu boysband dan girlsband Korea, drama Korea dan juga film Korea. Tidak hanya di televisi, toko fashion yang menjual baju dan aksesori Korea laris bak kacang goreng, laris manis menjamur dimana-mana. Ya, K-pop lovers, itulah istilah untuk para penggemar Korea. So, ada apa dengan Korea? Kenapa “gaya” mereka begitu digandrungi dan digemari kawula muda di Indonesia, apa yang membuat segala sesuatu yang berbau Korea begitu mempesona di mata mereka? Kamu pasti sering dengar Super Junior, Wonder Girl, BigBang dan sederet grup band Korea lainnya. Banyak anak muda yang berpendapat personil grup dari Korea berwajah ganteng dan cantik serta penampilannya yang keren dan fashionable. Mereka seakan membius anak muda kita supaya tidak beranjak dari televisi dan berteriak-teriak histeris ketika menonton konser mereka. Walaupun para remaja itu tidak mengerti bahasa yang diucapkan boysband dan girlsband tersebut, tapi mereka tetap asyik dan enjoy mendengarkan lagu yang dibawakan. Ingat bahwa musik itu bahasa universal. Dan fenomena K-pop ini ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga melanda Thailand, Singapura dan Malaysia untuk kawasan Asia Tenggara, bahkan sudah sampai di Amerika dan Eropa.

Musik Korea sebenarnya sudah ada sejak tahun 1930-an. Namun penjajahan Jepang atas Korea membuat perkembangan musik K-pop tenggelam oleh dominasi budaya musik pop Jepang. Baru di era tahun 1950-1960an pada saat Amerika Serikat masuk ke Korea Selatan musik Korea bermetamorfosis menjadi musik pop modern. Seringnya angkatan militer Amerika menggelar pertunjukan konser di pangkalan militernya di Korea disinyalir sebagai faktor yang menggiring musik Korea berkembang menjadi K-pop seperti sekarang ini. Debut grup musik Seo Taiji and Boyz membawa warna baru dengan mengkombinasi unsur pop modern dengan genre musik rap, rock dan techo Amerika di tahun 1992. Kesuksesan grup-grup ini dalam menggelar konser di Korea Selatan diikuti kelompok lain seperti Panix dan Deux. Dan di era tahun 1990an musik Korea lebih banyak didominasi oleh aliran Dance dan Hip Hop. Pada waktu itu banyak bermunculan grup “teen idol” seperti CLON, HOT dan Sechs Kies yang merajai tangga musik Korea dengan membidik target penikmat musik dari kalangan anak muda Walaupun pada akhirnya grup “teen” itu banyak yang bubar dan lebih memilih bersolo karir. Di tahun 2000, aliran Hip Hop dan R&B dengan kiblat Amerika mulai menjadi tren, MC Mong, 1TYM, Rain, Big Bang adalah beberapa grup yang menuai kesuksesan besar di Korea dan luar negeri. Sedangkan di era sekarang ini musik K-pop masih dengan nuansa dance dan R&B juga Hip Hop yang dibawa oleh boysband dan girlsband yang juga berhasil meraih kesuksesan di Indonesia.

Sedangkan untuk serial drama Korea munculnya Meteor Garden, Winter Sonata, Endless Love dan Full House terbukti sukses menarik animo masyarakat Indonesia untuk menonton. Alur cerita yang ringan, romantis dan mengharukan serta penampilan memikat dari aktris dan aktornya membuat serial drama Korea langsung menjadi tontonan wajib para remaja. Selain itu kelebihan dari serial drama Korea terletak pada soundtracknya easy listening dan dari situlah remaja mulai mencari tahu jenis musik apakah yang sedang tren di negeri ginseng tersebut. Para penggemar K-pop mengaku mereka menyukai lagu-lagu Korea karena musik yang energik di samping penampilan para personilnya yang cute dari para personilnya dan juga cowok-cowok bertampang “cantik” tapi tetap terlihat maskulin. Jangan heran, mayoritas penggemar K-pop di Indonesia adalah kaum wanita.

Untuk dunia fashion, K-pop lovers juga tidak ketinggalan ikut bergaya cute seperti artis Korea. Baju hanbok (Pakaian tradisional masyarakat Korea) berbahan rajut tapi dengan desain yang lebih chic dan stylish, lalu modelbabydoll, bolero sering dipakai para K-pop Lovers. Bahasa Korea seperti istilah K-Pop juga sering kita dengar di kala para remaja sudah berkumpul dan berinteraksi bersama, misalnya Fighting! (Semangat), Chukkae (Semangat Yah) dan Gumawo (Terima Kasih). Juga banyak sekali yang membuat fanpage di Facebook beranggotakan penggemar K-pop. Yang lebih menarik lagi, di Amerika fenomena demam K-pop telah menggugah walikota Nevada, Carolyn G Goodman yang menetapkan tanggal 25 November setiap tahunnya sebagai hari K-pop, belum diketahui secara pasti alasan penetapan ini, tapi sepertinya ini adalah dampak langsung dari fenomena K-pop di wilayah Nevada sendiri. Dan untuk pertama kalinya di dunia, genre musik tertentu diperingati secara khusus oleh sebuah kota.

Demam k-pop diprediksi masih akan berlanjut sampai beberapa tahun mendatang. Kita tunggu saja sampai kapan tren Hallyu atau Korean Wave (Gelombang Korea), sebuah istilah untuk menamai budaya Korea yang tersebar di berbagai belahan dunia ini akan berlangsung. Semoga k-pop lovers di Indonesia tidak melupakan jati dirinya sebagai warga negara Indonesia. Lebih ditekankan agar anak muda Indonesia tidak melupakan identitas diri. Namun fenomena Hallyu justru dijadikan contoh agar bangsa kita kelak dapat menciptakan trendsetter bagi bangsa lain sekaligus mempopulerkan budaya bangsa sendiri di mata internasional. Semoga.

Posting Komentar